Muted Group Theory ( Cheris Kramarae )
- Muted Group Theory
Cheris Kramarae menyatakan bahwa bahasa adalah konstruksi kaum pria. Menurutnya, bahasa dalam budaya tertentu tidak memperlakukan setiap orang secara setara, dan tidak semua orang berkontribusi secara berimbang terhadap penciptaan bahasa tersebut. Wanita (dan kelompok yang tersubordinasi lainnya) tidak sebebas dan memiliki akses yang luas sebagaimana kaum pria dalam mengekspresikan apa yang mereka inginkan, kapan, dan di mana mereka menginginkannya, karena kata-kata dan nornma-norma yang digunakan pada dasarnya dibentuk oleh kelompok dominan, yaitu kaum pria itu sendiri.
- KELOMPOK MUTED: BLACK HOLES IN SOMEONE ELSE'S UNIVERSE
Ardener berasumsi bahwa
ketidakpedulian terhadap pengalaman
wanita merupakan masalah unik gender
bagi social-anthropology. Ia kemudian
sadar bahwa mutedness (kebisuan)
disebabkan karena kekurangan kekuasaan. Orang-orang yang memiliki
sedikit kekuatan tidak menyadari masalah
bahasa yang mereka gunakan untuk
mengungkapkan persepsi mereka.
Menurut Ardener, muted structures ada di
dalamnya, tetapi tidak sadar dalam
penggunaan bahasa yang diciptakan
kelompok dominan. Sebagai hasilnya,
mereka diabaikan, disia-siakan, dan tidak
terlihat. Seperti black holes in someone
else’s universe.
- Kekuatan Maskulin untuk Menamai Pengalaman
Menurut Kramarae, wanita cenderung mencari cara yang berbeda dalam mengekspresikan pengalamannya kepada public melalui diary, jurnal, surat, cerita, gossip dll. Namun pria tetap berusaha memahami maksud wanita karena mereka sadar bahwa mendengarkan wanita itu perlu untuk membangun kehormatan yang lebih besar lagi untuk dirinya. Tujuan utama dari muted group theory adalah untuk mengubah manmade linguistic system yang membuat wanita tidak bisa maju dan berkembang.
- PRIA SEBAGAI GATE KOMUNIKASI
- BERBICARA ONLINE: POTENSI INTERNET
Kita berasumsi bahwa ketika internet muncul, era gatekeeping yang dilakukan oelh pria, telah berakhir. Namun tidak demikian menurut Kramarae. Di bawah ini ada 4 kiasan untuk menggambarkan hal itu:
- Information Superhighway, yaitu masih sulit bagi wanita untuk mengakses pelayanan inernet dengan harga yang relative masih tidak terjangkau bagi wanita, serta situs tidak dirancang secara khusus untuk menyambut wanita.
- The New Frontier, yaitu pria berpandangan bahwa komputer dan online tidak cocok bagi wanita.
- Democracy, yaitu karena kaum wanita belum menjadi kelompok yang ‘membuat pengetahuan (knowledge), maka wanita justru harus lebih berhati-hati ketika menelusuri dunia maya.
- A Global Community, lewat internet, wanita bisa saling berbagi pengalaman dengan orang lain di seluruh dunia. Namun internet menghadirkan komunitas yang telah eksis tanpa mendorong pihak-pihak yang tidak hadir untuk berpartisipasi. Untuk mendapt kepercayaan, para pria membuat site ‘women only’ untuk menipu wanita dan mendapatkan kepercayaan mereka.
- SPEAKING WOMEN’S TRUTH IN MEN’S TALK: THE PROBLEM OF TRANSLATION
- SPEAKING OUT IN PRIVATE: NETWORKING WITH WOMEN
- ENRICHING THE LEXICON: A FEMINIST DICTIONARY
- SEXUAL HARASSMENT: COINING A TERM TO LABEL EXPERIENCE
JURNAL
REPRESENTASI PEMBISUAN WANITA
DI DALAM RUBRIK OLAHRAGA “SPIRIT”
PADA HARIAN UMUM SUARA MERDEKA
- LATAR BELAKANG
Dalam kaitannya dengan rubrik olah raga harian umum Suara Merdeka,
setiap pembaca rubrik tersebut diharapkan dapat meningkatkan minat dan
motivasi untuk berolah raga dan dapat mengembangkan kemampuan dalam
bidang yang saat ini “masih dikuasai” oleh kaum pria. Dengan adanya
kesenjangan gender dalam penerbitan berita olah raga, tidak mengherankan jika
angka atlet di Indonesia lebih banyak kaum laki-laki daripada kaum wanita, hal
ini disebabkan oleh kurangnya apresiasi terhadap kaum perempuan yang
3
berprofesi sebagai atlet untuk memiliki porsi yang sama dengan kaum laki-laki
yang berprofesi sama. Selain itu, dengan kurangnya publikasi kaum perempuan
akan menguatkan kesan maskulin dalam harian umum Suara Merdeka karena
lebih mengutamakan kaum laki-laki daripada kaum perempuan. Kesan
mengesampingkan prestasi dan kemampuan kaum perempuan juga akan terlihat
karena kaum perempuan kurang mendapatkan perhatian dan sorotan prestasinya
walau hanya dalam bentuk liputan olahraga dalam harian umum saja.
- PEMBAHASAN
- Teori Muted group
- KESIMPULAN
1. Wanita memiliki perbedaan dalam aspek ragawi. Wanita dengan segala hal
yang melekat pada dirinya antara lain fisik, bentuk tubuh, sikap, pemikiran
dan prestasi yang dimiliki merupakan kombinasi yang dapat di “jual” menjadi
bahasan yang menarik khalayak.
2. Representasi Wanita sebagai jenis kelamin ke-dua (Secondary Sex) dilatar
belakangi oleh budaya patriarki yang diteruskan karena hal tersebut telah
lumrah dan telah terjadi. Sehingga prosesnya tampak natural dan tidak lagi
perlu lagi di kritisi dan dikaji. Pembisuan wanita dalam hal ini muncul
dengan penguatan-penguatan maskulinitas yang superior
Komentar
Posting Komentar